Penyakit hati, ruh atau pikiran?

Zaman now, memang semakin wow. 

Illusi kehidupan ini sering membelenggu kita sehari- hari, hingga membuat seseorang kian jauh dari kebenaran hakiki. Membenarkan diri sendiri atas apa yang dilakukan menjadi sebuah kewajaran dizaman ini. Kadang hal yang benar malah menjadi lucu, hal yang salah malah menjadi hebat, hal yang keliru menjadi panutan.

Modernisasi, peradaban dan gaya hidup menjadi ukuran, seperti Babilonia yang membangun gedung tinggi, berlomba mendaulatkan exsistensi diri yang menjadi khufur nikmat. masyaAlloh.

Akal dan pikiran yang menjadi liar tak terkendali bisa menjadikan kita sakit baik secara mental atau fisik. Sebah nukilan cerita tentangga [si A] yang baru saja membeli sepeda motor baru, lalu seorang tetangganya lagi [si B] merasa iri dan sakit hati melihatnya. si B ketika berpikir tidak jernih dan sehat maka akan berpikir buruk sangka, sakit hati bahkan menghujat. Mungkin juga si A akan berlaku sama. Tanpa disadari pula jika ini berlanjut akan berakibat pikiran menjadi stess dan memunculkan banyak hal berikutnya yang berbahaya. Seperti saraf, atau bisa juga bisikan syaitan yang akan lebih mudah masuk. Berlanjut menjadi sakit fisik atau juga sakit ruh lantaran bisikan syaitan yang hinggap.

Jika ini tidak bisa dicegah, maka apa yang mesti dilakukan?

Setidaknya mari kita identifikasi dulu penyebab sakit pada diri kita, setelah itu baru kita melangkah mencari solusi atas sakit itu. Saya kira itu logika sederhana yang bisa kita lakukan. 

Rekomendasi pertama, jika itu menjadi medis, maka berkonsultasi dengan ahli medis dalam hal ini dokter. Kedua jika menjadi sakit ruh, maka rekomendasi pertama berkonsultasilah dengan ulama, kyai atau rohaniawan sesuai kepercayaan anda. Ketiga jika itu menjadi masalah medis dan non non medis [ruh] berkonsultasilah dengan kedua ahli dibidangnya.

Untuk sekedar konsultasi dan bantuan doa penyembuhan jarak jauh, anda bisa berkonsultasi dengan kami.

Indonesian